PENDAHULUAN
Dunia telah berubah.
Dewasa ini kita hidup dalam era informasi/global. Dalam era informasi, kecanggihan
teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan terjadinya pertukaran
informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden &
Voss, 1999). Berbeda dengan era agraris dan industri, kemajuan suatu bangsa
dalam era informasi sangat tergantung pada kemampuan masyarakatnya dalam
memanfaatkan pengetahuan untuk meningkatkan produktifitas. Karakteristik
masyarakat seperti ini dikenal dengan istilah masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Siapa
yang menguasai pengetahuan maka ia akan mampu bersaing dalam era global.
Oleh karena itu, setiap
negara berlomba untuk mengintegrasikan media, termasuk teknologi informasi dan
komunikasi untuk semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegaranya untuk untuk
membangun dan membudayakan masyarakat berbasis pengetahuan agar dapat bersaing
dalam era global.
Bimbingan dan Konseling
sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu (siswa), dilaksanakan
melalui berbagai macam layanan. Layanan tersebut saat ini, pada saat jaman semakin
berkembang, tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi
juga bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada.
Tujuannya adalah tetap memberikan bimbingan dan konsling dengan cara-cara yang
lebih menarik,interaktif, dan tidak terbatas tempat, tetapi juga tetap
memperhatikan azas-azas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling.
MEDIA
(TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI)
A.
Pengertian Media
Istilah media berasal dari bahasa latin, yaitu
medium yang memiliki arti perantara. Dalam Dictionary of Education, disebutkan
bahwa media adalah bentuk perantara dalam berbagai jenis kegiatan
berkomunikasi. Sebagai perantara, maka media ini dapat berupa koran, radio,
televisi bahkan komputer. Gagne (dalam Sadiman, dkk, 2002) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut, Briggs (dalam Sadiman, dkk, 2002)
menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Definisi tersebut mengarahkan kita untuk menarik suatu simpulan bahwa media adalah segala jenis (benda) perantara yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada orang yang membutuhkan informasi.
Lebih lanjut, dalam proses pembelajaran dikenal
pula istilah media pembelajaran. Suyitno (1997) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah suatu peralatan baik berupa perangkat lunak maupun
perangkat keras yang berfungsi sebagai belajar dan alat bantu mengajar. Sebagai
alat bantu dalam proses pembelajaran, maka media belajar ini akan disesuaikan
dengan karakteristik masing-masing bahan ajar yang akan disajikan juga
memperhatikan karakteristik siswa.
B. Jenis-Jenis Media
Saat ini, dengan cepatnya teknologi komunikasi
maka semakin banyak pula media komunikasi yang muncul. Pada pembahasan ini,
media komunikasi yang dimaksud adalah media untuk membantu pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah. Beberapa media yang dimaksud adalah
komputer (internet), peralatan audio seperti tape recorder dan peralatan visual
seperti VCD/DVD.
1. Komputer
Perkembangan perangkat komputer saat ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Hampir setiap bulan muncul genre-genre baru dalam
dunia komputer. Sebagai contoh adalah perkembangan prosessor sebagai otak dalam
sebuah komputer mulai dari Intel Pentium 1 sampai dengan Pentium 4. Sebagian
orang belum bisa menikmati kecanggihan Prosesor Pentium 4, saat ini sudah
muncul Centrino bahkan Centrino Duo Core. Belum lagi sebagian orang berpikir
kehebatan Centrino Duo Core, telah muncul pula AMD 690.
Pesatnya perkembangan teknologi komputer ini
memang sebagai jawaban untuk akses data atau informasi. Perubahan di masyarakat
yang semakin cepat pada akhirnya menuntut perkembangan teknologi komputer yang
semakin canggih. Saat ini dibutuhkan akses data yang cepat, sehingga pada
akhirnya prosesor yang ada juga semakin cepat
2. Peralatan Audio
Perkembangan peralatan audio saat ini juga
mengalami perkembangan yang pesat. Peralatan audio yang di pergunakan dalam
proses bimbingan dan konseling seperti tape recorder. Penggunaan tape recorder
ini antara lain adalah untuk merekam sesi konseling dan memutar kembali
hasil-hasil yang diperoleh selama sesi konseling.
Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman. Kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau informasi percakapan.
Tape recorder membutuhkan kaset untuk bisa melakukan tindakan perekaman. Kaset memiliki pita magnetik yang berfungsi untuk menyimpan data atau informasi percakapan.
Saat ini telah berkembang alat perekam yang tidak
membutuhkan pita perekam. Alat ini disebut MP3 dan MP4. Pada dasarnya alat ini
berfungsi sebagai player, dimana di dalam alat ini terdapat sebuah mini
harddisk yang memiliki kapasitas sampai dengan 4 Gb. Sebagai sebuah player,
maka alat ini dapat memainkan musik dan dapat dipergunakan untuk merekam suara.
Ukuran MP3 dan MP4 saat ini amat kecil jika
dibandingkan dengan sebuah mini tape recorder biasa. Seringkali kita jumpai,
alat MP3 atau MP4 seukuran sebuah spidol atau ballpoint
3. Peralatan Visual
Alat visual dapat bermacam-macam ragamnya seperti
video player dan VCD/DVD player. Pada awalnya, penggunaan peralatan visual
adalah dengan mempergunakan projector. Penggunaan proyektor ini dipandang tidak
efisien, karena dalam proses produksinya membutuhkan tahapan-tahapan yang
panjang. Mulai dari merekam gambar sampai dengan menampilkan gambar. Bahkan
seringkali dijumpai mutu gambar yang tidak bagus dan bahkan mudah rusak.
Sehingga lambat laun peralatan ini mulai ditinggalkan.
Video player dulu merupakan peralatan yang lumayan
banyak dipergunakan orang. Hanya saja, saat ini sudah banyak ditinggalkan
karena proses produksinya tertalu berbelit. Untuk menghasilkan sebuah hasil
rekaman yang baik, dibutuhkan kamera perekam yang lumayan besar dan berat,
selain itu kaset yang dipergunakan juga relatif besar, sehingga dipandang tidak
praktis. Terlebih, hasil rekaman seringkali tidak begitu jernih.
Peralatan visual yang sering kita jumpai antara
lain adalah video player atau CD player. Peralatan ini banyak dijumpai karena
memiliki tingkat pengoperasian yang mudah dan memiliki harga yang relatif
murah. Penggunaan video player ini tidak akan bisa lepas dari keberadaan sebuah
disc atau keping VCD/DVD. Dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini,
proses perekaman gambar tidak perlu mempergunakan perangkat yang
bermacam-macam. Saat ini telah berkembang alat perekam (handycam) yang secara
langsung dapat merekam gambar langsung ke dalam keping VCD/DVD. Dengan kata
lain, pengoperasian VCD/DVD ke player akan semakin mudah.
Perkembangan teknologi informasi saat ini, pada
akhirnya bertujuan untuk memudahkan konsumen menikmati hiburan antau informasi
dengan efisien. Hal ini pada akhirnya memunculkan perangkat-perangkat multi
media. Teknologi multi media yang berkembang saat ini sudah demikian
canggihnya, sehingga sehingga seringkali konsumen bingun untuk memilih
teknologi apa yang akan dibeli.
Saat ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment. Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi sebuah tayangan video yang baik.
Saat ini peralatan komputer yang dijumpai di pasaran pun sudah mempergunakan teknologi multi media. Dulu, komputer hanya dipergunakan sebagai alat pengolah data saja. Tetapi selanjutnya berkembang juga sebagai alat entertainment. Komputer saat ini hampir bisa dipergunakan untuk membantu segala macam permasalahan manusia, mulai dari mengolah data sampai dengan memproduksi sebuah tayangan video yang baik.
C. MANFAAT PENGGUNAAN MEDIA DALAM KONSELING
Tidak dapat disangkal bahwa saat ini kita hidup
dalam dunia teknologi. Hampir seluruh sisi kehidupan kita bergantung pada
kecanggihan teknologi, terutama teknologi komunikasi. Bahkan, menurut Pelling
(2002) ketergantungan kepada teknologi ini tidak saja di kantor, tetapi sampai
di rumah-rumah.
Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Konseling sebagai usaha bantuan kepada siswa, saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Perubahan ini dapat ditemukan pada bagaimana teori-teori konseling muncul sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau bagaimana media teknologi bersinggungan dengan konseling. Media dalam konseling antara lain adalah komputer dan perangkat audio visual.
Komputer merupakan salah satu media yang dapat
dipergunakan oleh konselor dalam proses konseling. Pelling (2002) menyatakan
bahwa penggunaan komputer (internet) dapat dipergunakan untuk membantu siswa
dalam proses pilihan karir sampai pada tahap pengambilan keputusan pilihan
karir. Hal ini sangat memungkinkan, karena dengan membuka internet, maka siswa
akan dapat melihat banyak informasi atau data yang dibutuhkan untuk menentukan
pilihan studi lanjut atau pilihan karirnya.
Data-data yang didapat melalui internet, dapat
dianggap sebagai data yang dapat dipertanggungjawabkan dan masuk akal (Pearson,
dalam Pelling 2002; Hohenshill, 2000). Data atau informasi yang didapat melalui
internet adalah data-data yang sudah memiliki tingkat validitas tinggi. Hal ini
sangat beralasan, karena data yang ada di internet dapat dibaca oleh semua
orang di muka bumi. Sehingga kecil kemungkinan jika data yang dimasukkan berupa
data-data sampah.
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
Sebagai contoh, saat ini dapat kita lihat di internet tentang profil sebuah perguruan tinggi. Bahkan, informasi yang didapat tidak sebatas pada perguruan tinggi saja, tetapi bisa sampai masing-masing program studi dan bahkan sampai pada kurikulum yang dipergunakan oleh masing-masing program studi. Data-data yang didapat oleh siswa pada akhirnya menjadi suatu dasar pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentu saja, pendampingan konselor sekolah dalam hal ini sangat diperlukan.
Sampsons (2000) mengungkapkan bahwa fasilitas di internet dapat dapat dipergunakan untuk melakukan testing bagi siswa. Tentu saja hal ini harus didasari pada kebutuhan siswa. Penggunaan komputer di kelas sebagai media bimbingan dan konseling akan memiliki beberapa keuntungan seperti yang dinyatakan oleh Baggerly sebagai berikut:
- Akan meningkatkan kreativitas, meningkatkan keingintahuan dan memberikan variasi pengajaran, sehingga kelas akan menjadi lebih menarik;
- Akan meningkatkan kunjungan ke web site, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan siswa;
- Konselor akan memiliki pandangan yang baik dan bijaksana terhadap materi yang diberikan;
- Akan memunculkan respon yang positif terhadap penggunaan email;
- Tidak akan memunculkan kebosanan;
- Dapat ditemukan silabus, kurikulum dan lain sebagainya melalui website; dan
- Terdapat pengaturan yang baik
Selain penggunaan
internet seperti yang telah diuraikan di atas, dapat dipergunakan pula software
seperti microsoft power point. Software ini dapat membantu konselor dalam
menyambaikan bahan bimbingan secara lebih interaktif. Konselor dituntut untuk dapat
menyajikan bahan layanan dengan mempergunakan imajinasinya agar bahan
layanannya tidak membosankan.
Program software power
point memberikan kesempatan bagi konselor untuk memberikan sentuhan-sentuhan
seni dalam bahan layanan informasi. Melalui program ini, yang ditayangkan tidak
saja berupa tulisan-tulisan yang mungkin sangat membosankan, tetapi dapat juga
ditampilkan gambar-gambar dan suara-suara yang menarik yang tersedia dalam
program power point. Melalui fasilitas ini, konselor dapat pula memasukkan
gambar-gambar di luar fasilitas power point, sehingga sasaran yang akan dicapai
menjadi lebih optimal.
Gambar-gambar yang
disajikan melalui program power point tidak statis seperti yang terdapat pada
Over Head Projector (OHP). Konselor dapat memasukkan gambar-gambar yang
bergerak, bahkan konselor bisa melakukan insert gambar-gambar yang ada di
sebuah film.
Media lain yang dapat
dipergunakan dalam proses bimbingan dan konseling di kelas antara lain adalah
VCD/DVD player. Peralatan ini seringkali dipergunakan oleh konselor untuk
menunjukkan perilaku-perilaku tertentu. Perilaku-perilaku yang tampak pada
tayangan tersebut dipergunakan oleh konselor untuk merubah perilaku klien yang
tidak diinginkan (Alssid & Hitchinson, 1977; Ivey, 1971, dalam Baggerly 2002).
Dalam proses pendidikan konselor pun, penggunaan video modeling ini juga
dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan dan prinsip konseling yang akan
dikembangkan bagi calon konselor (Koch & Dollarhide, 2000, dalam Baggerly,
2002).
Sebelum VCD/DVD player ini
ditayangkan, seorang konselor sebaiknya memberikan arahan terlebih dahulu
kepada siswa tentang alasan ditayangkannya sebuah film. Hal ini sangat penting,
sebab dengan memiliki gambaran dan tujuan film tersebut ditayangkan, maka siswa
akan memiliki kerangka berpikir yang sama. Setelah film selesai ditayangkan,
maka konselor meminta siswa untuk memberikan tanggapan terhadap apa yang telah
mereka lihat. Tanggapan-tanggapan ini pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana
klien berpikir dan bersikap, yang kemudian diharapkan akan dapat merubah
perilaku klien atau siswa.
D. Kerugian Penggunaan Media
dalam Konseling
Pelling (2002)
menyatakan bahwa, walaupun saat ini masyarakat sangat tergantung pada
teknologi, tetapi di lain pihak, masih banyak diantara kita yang mengalami
ketakutan untuk mempergunakan teknologi.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagian besar masyarakat kita masih percaya bahwa pernyataan-pernyataan
yang diberikan oleh orang tua atau orang yang dituakan masih dianggap lebih
baik. Hal ini tidak lepas dari budaya paternalistik yang melingkupi masyarakat
kita.
Sebaik apapun teknologi
yang berkembang, tetapi jika pola pikir masyarakat masih terkungkung dengan
nilai-nilai yang diyakini benar, maka data atau informasi yang didapat
seakan-akan menjadi tidak berguna. Sebagai contoh, seorang siswa akan memilih
jurusan di perguruan tinggi. Mungkin mereka akan mencari informasi sebanyak
mungkin, dan konselor akan memfasilitasi keinginan mereka. Tetapi, pada saat
mereka dihadapkan untuk menentukan dan memilih jurusan yang akan diambil, maka
tidak jarang dari mereka akan berkata, “Saya senang dengan jurusan A, tetapi
nanti tergantung pada orang tua saya”.
Contoh lain, saat ini
perkembangan teknologi sudah berkembang dengan demikian pesat. Tiap manusia dapat berkomunikasi tanpa dibatasi
rentang ruang dan waktu. Tetapi dalam budaya tertentu, alat komunikasi ini bisa
menjadi “tidak bermanfaat”. Restu orang tua merupakan hal yang dianggap sakral
oleh sebagian budaya tertentu, bahkan meminta restu ini akan lebih afdol jika
dilakukan dengan melakukan sungkem. Untuk menunjukkan perilaku ini, maka
seringkali mereka melupakan kecanggihan piranti komunikasi yang sudah canggih,
walau jarak yang ditempuh untuk mendatangi orang tua relatif jauh.
Hal lain yang terkait dengan penggunaan media
dalam bimbingan dan konseling adalah sasaran pengguna seringkali disamakan.
Walaupun ragam media sudah bermacam-macam, tetapi media ini seringkali masih
belum bisa menyentuh sisi afektif seseorang. Dalam bimbingan dan konseling
dikenal istilah empati. Penggunaan media, seringkali pula akan “menghilangkan”
empati konselor, jika konselor mempergunakan media sebagai alat bantu utama.
Klien datang ke ruang konseling tidak selalu
membutuhkan informasi dari internet atau komputer, bahkan ada kemungkinan klien
atau siswa datang ke ruang konseling juga tidak membutuhkan bantuan dari
konselor secara langsung melalui proses konseling. Tetapi adakalanya, siswa
atau klien datang ke ruang konseling hanya ingin mendapatkan senyuman dari
konselor atau penerimaan tanpa syarat dari konselor.
Sebagai benda mati, peralatan teknologi yang ada
saat ini hanya bisa bermanfaat jika dimanfaatkan oleh mereka yang memahami
penggunaan masing-masing alat tersebut. Artinya penggunaan teknologi ini akan
memunculkan efek yang baik jika dijalankan oleh mereka yang paham peralatan
tersebut. Sebaliknya, peralatan ini akan memberikan dampak negatif jika
pelaksananya tidak memahami dampak yang akan ditimbulkan. Banyak contoh kasus
dampak negatif penyalahgunaan teknologi informasi seperti beredarnya rekaman
video porno di ponsel, beredarnya video porno bajakan yang dilakukan oleh anak
negeri dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
- Media bimbingan dan konseling saat ini telah berkembang dengan pesat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat;
- Media bimbingan dan konseling seperti internet akan menyediakan data atau informasi yang akurat bagi siswa;
- Hubungan konseling memerlukan empati, sehingga penggunaan media sebaiknya
- terbatas pada usaha perolehan data dan informasi saja;
- Untuk mempergunakan media bimbingan dan konseling perlu diperhatikan budaya yang dimiliki oleh siswa, sehingga pemilihan media bimbingan dan konseling akan efektif;
- Perlu pelatihan atau peningkatan kompetensi konselor dalam menguasai teknologi informasi;
DAFTAR PUSTAKA
Baggerly,
Jennifer. 2002. Practical Technological Applications to Promote Pedagogical
Principles and Active Learning in Counselor Education. Journal of Technology in Counseling. Vol. 2_2.
Dryden,
Gordon; dan Voss, Jeanette; (1999), ”the Learning Revolution: to
Change the Way the World Learn”, the Learning Web, Torrence, USA, http://www.thelearningweb.net.
Hartono., Soedarmadji, Boy. 2005. Psikologi Konseling. Surabaya:
University Press UNIPA Surabaya.
Hohenshill, Thomas, H. 2000. High Tech Counseling. Journal
of Counseling and Development. V 78: 365-368.
Menanti, Asih. 2005. Konseling Indigenous.
Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional ABKIN di Bandung 2005.
Pelling, Nadine. 2002. The Use Technology In Career Counseling. Journal of Technology in Counseling. Vol. 2_2.
Prayitno,
dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Depdiknas.
———-,
dkk. 2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Rineka
Cipta.
Sadiman,
Arief. Dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Sampson, James, P. 2000. Using the Internet to Enchance Testing in
Counseling. Journal of Counseling and Development. V 78:
348-356.
Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan Media dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Jurnal Sumber
Belajar: Kajian Teori dan Aplikasi. 4 Nopember 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar